LETANGMEDIA

Opini: Menggagas Bengkel Budaya

Menggagas Bengkel Budaya



              Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) patut berbangga dengan keistimewaan alam dan budaya yang memeesona dan menarik perhatian dunia.  Banyangkan saja, pada akhir tahun 2016 lalu ada 882. 395 wisatawan yang telah menginjakan kaki di bumi NTT, dengan rincian  769. 962 wisatawan Nusantara dan 112.433 wisatawan manca Negara; jumlah ini mengalami peningkatan 20% dari tahun sebelumnya (beritalima.com).  Data lain yang menarik perhatian adalah jumlah wisatawan yang masuk melalui Labuan Bajo sampai akhir November 2016 adalah 65.000 (beritalima.com).  Apalagi dengan kunjungan Valentino Rossi di Labuan Bajo pada tanggal 23 Januari 2017.  Kunjangan pembalap Motto GP asal Italia itu patut diapresiasi, lantas tokoh ini sebagai salah satu figure yang mendunia.  Secara tidak langsung kedatangannya sebagai salah satu bentuk promosi dan meyakinkan dunia akan keindahan alam NTT.

Meningkatnya kunjungan wisatawan di NTT adalah kebanggaan yang  harus menjadi cita-cita semua pihak. Oleh karena itu,  keunikan dan kekayaan alam janganlah dijadikan satu-satunya alat untuk meransang jiwa para wisatawan, namun perlu memikirkan aset-aset lain yang perlu diperhatikan secara serius.  Aset yang dimaksudkan adalah budaya. Termasuk infrastruktur dan jaringan komunikasi  sabagai sarana penunjang.

Baca: Sosok Pembawa Rindu

Budaya atau kearifan lokal dan kekayaan alam harus menjadi satu paket untuk memberikan kepuasan kepada wisatawan. Memang kita akui, selama ini begitu banyak momen yang mementaskan berbagai macam tarian budaya di seluruh pelosok NTT ini.  Tetapi hal semacam itu hanya bersifat momentum, yang hanya disaksikan oleh kita sendiri. Tidak ada respek yang luar biasa dari setiap kesempatan itu.  Karena sifatnya momentum, maka mereka yang mengambil bagian dalam kesempatan itu, hanya ada dan hadir saat itu saja.

Maka dengan demikian, bengkel budaya penting, untuk menciptakan keunikan baru yang memberi kepuasan bagi para pengunjung wilayah NTT.

Slide1

Locus strategis terbentuknya bengkel budaya. Gambar: Kain songke dan tarian caci didanwload dari google

 

Bengkel Kebudayaan

Kamus Bahasa Indonesia (e-Kamus) mengartikan bengkel sebagai:  tempat memperbaiki, pabrik kecil,tempat tukang bekerja, tempat berlatih, tempat melakukan kegiatan pasti.  Sehingga ketika disebut sebagai bengkel budaya dapat diartikan sebagai berikut: a. tempat menumbuhkan kembali (pabrik) budaya atau kearifan yang terancam hilang; b tempat menciptakan atau menumbuhkan semangat kebudayaan, c. tempat mempertahankan dan mewarsikan nilai kebudayaan.

BACA: Kec.Mbeliling: Aneka Tarian Dipentaskan cara Mewariskan Budaya

Bengkel kebudayaan  sebagai tempat lahir dan bertumbuh serta berkembangnya wawasan kebudayaan dalam diri setiap orang. Sekaligus wahana melahirkan diri dan pribadi yang sangat mencitai kebudayaan.

Tempat Strategis Mengagas Bengkel Kebudayaan


  1. Pendidikan



Penanaman nilai-nilai budaya kepada setiap generasi menjadi hal sangat urgen ditengah perubahan zaman yang tidak ada batasnya. Karena itu, sangatlah penting keterlibatan lembaga pendidikan, baik SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi untuk terus menghidupkan nilai-nilai budaya.  Sehingga pada akhirnya membentuk kecerdasan budaya kepada semua (Skill for culture) generasi. Kemajuan diberbagai bidang pengetahuan menuntut lembaga pendidikan untuk terus menjadi wahana pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkarakter.

Pendidikan sebagai lembaga formal adalah rahim yang melahirkan  manusia Indonesia bermoral, berpengetahuan, berelgius dan berbudaya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (Pasal 1 ayat 2, Bab III Pasal 4 ayat 1) menegaskan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman; dengan demikian pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskirimtif dengan menjujung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultrual dan kemajemukan bangsa. Sehingga spirit Bhika Tungga Ika harus menyata dalam dunia pendidikan.  Artinya,  tampa ragu dan cemas setiap jenjang pendidikan mempunyai ruang dan tanggungjawab untuk mengembangkan dan mewariskan nilai-nilai budaya lokal melalalui proses pembelajaran.

Tentu patut diapresiasi bagi lembaga pendidikan yang telah berusaha dan mengambil peran aktif untuk mewariskan nilai-nilai budaya kepada setiap generasi melalui penerbitan buku muatan lokal, pementasan budaya dan lain sebagainya.

Baca:  Cinta dalam Segelas Kopi (Part 1-2)

Tidak salah, jika setiap jenjang pendidikan memanfaatkan Muatan Lokal sebagai ruang khusus untuk membelajarkan setiap insan terdidik akan nilai-nilai budaya lokal. Selain itu,  pertahankan dan kembangkan ruang publik sebagai ruang kelas terbuka untuk mengembangkan dan mewariskan nilai-nilai budaya. Ruang kelas terbuka tersebut dapat dilaksanakan melalui pementasan budaya pada setiap momen kenegaraan seperti hari pendidikan Nasional, hari sumpah pemuda, hari pahlawan, Hari ulang tahun Kemerdekaan RI dan ulang tahun sekolah. Memang, selama ini sebagian besar di Manggarai (dan di daerah lain) selalu sering mementaskan budaya, seperti dalam rangka memeriahkan HUT Kemerdekaan RI, Sumpah pemuda dan pada kesempatan lainya. Namun akan lebih bermakna lagi,  jika pementasan itu tidak hanya jenis tarian yang sama, tetapi juga bebagai tarian lainya.

Selanjutnya, tidak hanya dipentaskan, tetapi juga pihak-pihak yang bertanggungjawab mengahadirkan mentor yang berkompeten untuk membimbing dan menjelaskan  nilai-nilai holistik dari setiap jenis taryan atau gerakkan budaya yang dipentaskan. Tentu salah satunya adalah tokoh-tokoh adat.  Sebab kita yakin bahwa, tidak semua orang mengetahui makna dan nilai dari semua tarian-tarian budaya itu. Disinilah pentingnya komentator untuk menjelaskan dan mempublikasikan pengetahuannya secara terbuka.  Hal posistif lain yang kita dapat disini adalah penjelasan tersebut tidak hanya didengar oleh mereka yang memperagakan,  tetapi juga bagi mereka yang turut hadir dalam pementasaan itu.


  1. Pemerintahyang Memberdayakan



Dengan demikian, baik lambaga pendidikan dan pemerintah harus dan terus menjalin komunikasi intens dengan masyarakat yang mempunyai keahlian khusus dalam menghasilkan karya-karya lokal. Semisal, bagi masyarakat yang menpunyai keahlian dalam menenun kain daerah (seperti kain songke untuk Manggarai, selendang, dan topi), membuat alat musik tradisional (seperti, gendang, suling, dll), dan lain-lain.

Pemerintah adalah unsur sentral yang mengambil peran sebagai mediator sekaligus sponsor. Sebagai mediator pemerintah mengambil peran penting dalam: Pertama, membuka bengkel-bengkel budaya, minimal dua disetiap desa atau kelurahan; Kedua, melegalisasikan seluruh bengkel budaya sebagai tempat dan sumber kebudayaan; Ketiga, menjalin komunikasi intes dengan seluruh bengkel budaya yang sudah dibentuk dan berbadan hukum. Selain itu, dalam rangka mengembangkan bengkel budaya tersebut harus dimuatkan dalam Anggaran Pembelanjaan Daerah (APBD). Prinsipnya adalah menyumbangkan uang untuk menghasilkan uang. Keempat, mempromosikan macam-macam praktek kebudayaan yang memiliki nilai holistik kepada wisatawan oleh lembaga terkait. Kelima,  pementasan budaya, pameran budaya, seperti tenun masal, memainkan alat musik secara masal harus dijadwalkan secara tetap setiap tahun. Dengan mengahdirkan tokoh-tokoh yang berpengetahuan untuk menjelaskan kepada publik tentang makna dan nilai budaya itu sendiri. Penjadwalan yang tetap tersebut akan dipublikasikan kepada publik bersamaan dengan mempromosikan kekeyaan alam.Agar jadwalnya tidak bersamaan di setiap kabupaten, sebaiknya diatur oleh pemerintah Propinsi.

Melajutkan komukasi dan relasi itu, pihak-pihak berwajib menyelenggarakan belajar tenun masal yang pesertanya adalah masyarakat yang mempunyai keahlian dan siswa-siswi atau kaum muda. Di sekolah misalnya menyelenggkan live in di daerah yang mempuyai potensi menghasilkan kain daereh (keahlian menenun) dan potensi menghasilkan alat musik tradisional. Tentu hal ini tidak hanya membelajarkan kaum muda tetapi sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat untuk tetap dan terus mewariskan keahlihannya kepada manusia selanjutnya.


  1. Masyarakat



Masyarakat adalah locusistemewa serta sumber kebudayaan atau kekayaan lokal. Sungguh menarik bila disetiap kampung atau desa mengembangkan salah satu (syukur kalau lebih) kearifan lokal. Memang saat ini ada begitu banyak sanggar-sanggar budaya. Namun belum mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah, dan dari segi manajemen pemasaran masi kurang.

 

Bengkel Budaya: Jejaring Pementasan  Mengurangi Pengangguran


  1. Membangun Jejaring Dilegalkan  Dalam Perda



Mengenai tempat dan waktu pementasan harus diatur secara bijak dalam peraturan daerah, baik dari segi legalitas tempat pementasan maunpun hal teknis dan peserta.

Semisal, di Manggarai  atau daerah lainya di NTT yang mempunyai beberapa aset wisata. Dapat diatur atau ditetapkan sebagai berikut


  1. Bandaradan Darmaga



Bandara dan dargama adalah tempat masuk dan keluarnya para tamu. Di sini dapat disediakan bengkel budaya. Kegiatan rutin mereka adalah  mementaskan beberapa tarian daerah, yang sekaligus  sebagai tarian penjemputan para tamu. Selain itu memamerkan berbagai hasil karya yang khas, sebagai cendra mata. Harga dan kententun lainnya diatur dalam PERDA.


  1. Tempat Pariwasata



Misalkan ada lima tempat wisata yang menjadi sasaran para wisatawan. Disetiap tempat tersebut harus ditetapkan secara permanen tentang tarian dan karya yang dipamerkan. Usahakan di setiap titik harus menampilkan tarian dan karya yang beragam. Sehingga para wisatawan, tidak hanya datang untuk menikmati kekayaan alam NTT, tetapi juga keragaman budaya di NTT.

Upah yang harus di bayar oleh para penikmat tarian dan jasa  para aktor budaya tersebut diatur dalam PERDA. Pentingnya PERDA adalah untuk mengatur ruang gerak para aktor budaya disetiap titik pementasan, agar tidak memungut biaya sesuka hati. Selain itu, agar adanya sumbangan terhadap penambahan pendatan daerah.


  1. Bekerjasama deangn Para Pengusaha



Pengusaha yang dimaksudkan  adalah para pemilik hotel. Hotel sebagai tempat strategis untuk mempromosikan hasil karya masyarakat pribumi.  Hubungan kerjsama antar lembaga pemerintah dengan lembaga swasta ini harus dilaksanakan secara matang, agar tidak ada yang dirugikan.


  1. Festifa budaya



Sebagaimana yang dijelaskan pada halaman sebelumnya, bahwa  festifal budaya adalah ruang pembelajaran yang terbuka untuk umum. Pada momen ini, seluruh jenis tarian dan hasil karya masyarakat dipertontonkan di ruang publik. Termasuk misalnya, festifal tenun, anyaman, dan lain sebagainya.

Disetiap daerah harus ditetapkan secara tetap, tentang tangal dan waktu pelaksanaan festifal tersebut.  Oleh karena itu, tentang tanggal atau bulan pelaksanaan festifal disetiap daerah diatur dan ditetapkan oleh pemerintah Propinsi.


  1. Bengkel Budaya: Menguragi Pengangguran



Membentuk,  melegalisasikan,  dan dimanajemen secara baik serta transparan  adanya bengkel budaya sebagai lapangan kerja baru yang terbuka bagi semua orang.  Selanjutnya, bengkel budaya sabagi sarana atau wadah untuk menggugah atau memotifasikan semua pihak untuk mengambil bagian dalam pelestarian budaya.  Mengambil bagian seacara aktif dalam mempertahankan budaya, berarti ikut  secara aktif pula dalam mempertontonkan budaya dan karya-karya lokal lainya kepada wisatawan.

Adanya dorongan untuk mempromosikan kekayaan budaya melalui bengkel budaya adalah sedikit demi sedikit mengurangi pengangguran. Dengan kurang atau menurunnya pengangguran, maka adanya peningkatan ekonomi. Adanya peningkatan ekonomi, maka berakibat pada meningkatnya  Pendapatan Daerah (PD).  Bila semuanya berjalan sesuai harapan, maka lambat laun terciptanya masyarakat mandiri, yang bertumbuh dalam ekonomi kreatif. Selengkapnya akan dijelaskan pada gambar berikut.

Slide2

 




[1] Tulisan ini sudah dipublikasikan oleh Harian Umum Flores Pos, pada kolom aspiras

 
Opini: Menggagas Bengkel Budaya Opini: Menggagas Bengkel Budaya Reviewed by www.surya.com on Oktober 16, 2017 Rating: 5

7 komentar:

VIEW

Diberdayakan oleh Blogger.