(a)
Toga
entah mengapa warnanya hitam
karena hitam, dilawan dalam perjuangan, mencari terang
hitam adalah kegelapan (gelap) dilawan hingga terang digengam
hitam, alasanku terus melangkah hingga hari ini terpancar sinar kebahagiaan
kegelapan telah kukalahkan, hari ini kuberdiri di sini mengenakan toga ini
[caption id="attachment_469" align="alignnone" width="700"]
ilustrasi: http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/wisuda[/caption]
awalnya kudiutus untuk mencari terang
kini kukembali diutus membawa terang
bekal telah kudapat,
akal telah diasah untuk berpikir rasional dari berbagi sudut pandang.
sebagaimana toga yang kukenakan hari ini, yang bentuknya seperti persegi (segi lima).
(b)
toga ini membuat aku semakin anggun berdiri di sini
toga ini, membuat wajah kedua insan meneteskan air mata
toga ini, membuat kedua insan menatapku dengan senyuman kebahagiaan
toga ini, membuat aku mengerti akan cinta dan ketulusan mereka.
mereka, adalah orang yang tak asing bagiku. Bapa dan mama.
hari ini kuberdiri di sini mengenakan toga dan berseragam wisuda
kutatap kedua sosok yang tak pernah menginkar janji
senyuman mereka mengingatkan aku akan liku-likunya perjuangan mereka
pahit manisnya perjalanan perjuanganku
tak terlepas dari kasih sayang kedua insan itu
mereka adalah orang tuaku
senyuman mereka membuatku tertegun untuk kesekian kalinya
kembali melihat pedihnya perjuangan mereka
hingga aku dapat mengenakan toga ini
ayah dan ibu
hari-harimu amat pelik
membiarkan diri termakan terik
tak peduli hujan yang menusuk sendi hingga menggigil
semuanya menjadi alasanku untuk terus maju menggengam mimpi
ketulusanmu
perjuanganmu dari pagi hingga pagi
adalah alasan toga ini
Terkait: Ibu. Kasihmu Tapal Batas
(c)
Ayah dan ibu
hari ini kutersenyum oleh senyumanmu
air mataku seakan mengalir dengan cepat
aaat kembali kumerenungkan cinta dan kasihmu yang tanpa batas
aku yang hari ini dengan gagah mengenakan toga
aku yang hari ini dilantik menjadi sarjana
aku yang hari ini resmi diutus untuk kembali menabur benih
aku yang hari ini dilepaskan di tengah dunia,
mengabdi demi menjawab amanat Negara.
aku yang hari ini kembali menjawab harapan orang tua
bapa dan mama maafkanlah anakmu
mungkin ada bara api yang keluar dari lidahku
mungkin mataku tetertup melihat pedihnya perjuanganmu
bapa dan mama aku tahu, di hatimu tak ada arang
hatimu bagai salju yang selalu menghadirkan kelembutan dalam kiprahku
hatimu bagi air yang selalu mengalirkan kesegaran, di kala aku lemah
hatimu bagai air yang pandai mencari cela untuk membahagiakan buah hatimu
walau ragamu yang dulu tegar, kini mulai membungkuk
rambutmu yang dulu hitam, kini mulai memutih
kulitmu yang dulu kencang, kini mulai keriput
namun kasihmu tak kunjung pupus, hingga kini kumerasakan itu
Terkait: Waktu: Hening Sepi
(d)
bapa dan mama sajak-sajakku tak cukup, lagi tak pantas untuk jasamu
penaku tak layak menulis di atas keringatmu
kataku tak selaras dengan caramu membahagiakanku
karena aku tahu, menjadi sarjana ada ladangnya untuk memetik
namun tak ada tempat formal untuk belajar menjadi orang tua
yang pandai melukis kasih untuk buah hatinya
bapa dan mama, sapamu dalam lapar,
senyumanmu dalam kepedihan,
cakapmu dalam keletihan
membingkai seluruh perjalanan kisahku
semuanya bagai air yang mengalirkan keteduhan dalam dengarku
bagai salju yang amat lembut di setiap sudut ceritaku
bapa dan mama
kutersenyum, oleh senyumanmu
air mataku saat ini adalah air mata kebahagiaan
toga ini kusembahkah untukmu, ayah dan ibu
terima kasih ayah dan ibu
terima kasih almamaterku.***
by: FH/rojoklodok.wordpress.com
Sudah dipublikasikan pada laman: https://www.florespost.co/2017/10/01/puisi-toga-ini-untuk-cintamu
Toga
entah mengapa warnanya hitam
karena hitam, dilawan dalam perjuangan, mencari terang
hitam adalah kegelapan (gelap) dilawan hingga terang digengam
hitam, alasanku terus melangkah hingga hari ini terpancar sinar kebahagiaan
kegelapan telah kukalahkan, hari ini kuberdiri di sini mengenakan toga ini
[caption id="attachment_469" align="alignnone" width="700"]

awalnya kudiutus untuk mencari terang
kini kukembali diutus membawa terang
bekal telah kudapat,
akal telah diasah untuk berpikir rasional dari berbagi sudut pandang.
sebagaimana toga yang kukenakan hari ini, yang bentuknya seperti persegi (segi lima).
(b)
toga ini membuat aku semakin anggun berdiri di sini
toga ini, membuat wajah kedua insan meneteskan air mata
toga ini, membuat kedua insan menatapku dengan senyuman kebahagiaan
toga ini, membuat aku mengerti akan cinta dan ketulusan mereka.
mereka, adalah orang yang tak asing bagiku. Bapa dan mama.
hari ini kuberdiri di sini mengenakan toga dan berseragam wisuda
kutatap kedua sosok yang tak pernah menginkar janji
senyuman mereka mengingatkan aku akan liku-likunya perjuangan mereka
pahit manisnya perjalanan perjuanganku
tak terlepas dari kasih sayang kedua insan itu
mereka adalah orang tuaku
senyuman mereka membuatku tertegun untuk kesekian kalinya
kembali melihat pedihnya perjuangan mereka
hingga aku dapat mengenakan toga ini
ayah dan ibu
hari-harimu amat pelik
membiarkan diri termakan terik
tak peduli hujan yang menusuk sendi hingga menggigil
semuanya menjadi alasanku untuk terus maju menggengam mimpi
ketulusanmu
perjuanganmu dari pagi hingga pagi
adalah alasan toga ini
Terkait: Ibu. Kasihmu Tapal Batas
(c)
Ayah dan ibu
hari ini kutersenyum oleh senyumanmu
air mataku seakan mengalir dengan cepat
aaat kembali kumerenungkan cinta dan kasihmu yang tanpa batas
aku yang hari ini dengan gagah mengenakan toga
aku yang hari ini dilantik menjadi sarjana
aku yang hari ini resmi diutus untuk kembali menabur benih
aku yang hari ini dilepaskan di tengah dunia,
mengabdi demi menjawab amanat Negara.
aku yang hari ini kembali menjawab harapan orang tua
bapa dan mama maafkanlah anakmu
mungkin ada bara api yang keluar dari lidahku
mungkin mataku tetertup melihat pedihnya perjuanganmu
bapa dan mama aku tahu, di hatimu tak ada arang
hatimu bagai salju yang selalu menghadirkan kelembutan dalam kiprahku
hatimu bagi air yang selalu mengalirkan kesegaran, di kala aku lemah
hatimu bagai air yang pandai mencari cela untuk membahagiakan buah hatimu
walau ragamu yang dulu tegar, kini mulai membungkuk
rambutmu yang dulu hitam, kini mulai memutih
kulitmu yang dulu kencang, kini mulai keriput
namun kasihmu tak kunjung pupus, hingga kini kumerasakan itu
Terkait: Waktu: Hening Sepi
(d)
bapa dan mama sajak-sajakku tak cukup, lagi tak pantas untuk jasamu
penaku tak layak menulis di atas keringatmu
kataku tak selaras dengan caramu membahagiakanku
karena aku tahu, menjadi sarjana ada ladangnya untuk memetik
namun tak ada tempat formal untuk belajar menjadi orang tua
yang pandai melukis kasih untuk buah hatinya
bapa dan mama, sapamu dalam lapar,
senyumanmu dalam kepedihan,
cakapmu dalam keletihan
membingkai seluruh perjalanan kisahku
semuanya bagai air yang mengalirkan keteduhan dalam dengarku
bagai salju yang amat lembut di setiap sudut ceritaku
bapa dan mama
kutersenyum, oleh senyumanmu
air mataku saat ini adalah air mata kebahagiaan
toga ini kusembahkah untukmu, ayah dan ibu
terima kasih ayah dan ibu
terima kasih almamaterku.***
by: FH/rojoklodok.wordpress.com
Sudah dipublikasikan pada laman: https://www.florespost.co/2017/10/01/puisi-toga-ini-untuk-cintamu
Toga Ini untuk Cinta dan Ketulusanmu
Reviewed by www.surya.com
on
Oktober 21, 2017
Rating:
[…] Baca juga: Toga Ini untuk Cinta dan Ketulusanmu […]
BalasHapus[…] Terkait: Toga Ini untuk Cinta dan Ketulusanmu […]
BalasHapus[…] Baca Juga: Toga Ini untuk Cinta dan Ketulusanmu […]
BalasHapus[…] Baca juga: Toga Ini untuk Cinta dan Ketulusanmu […]
BalasHapus