LETANGMEDIA

Sastra: Sosok Pembawa Rindu

senja

Sosokmu bagai air yang pandai mencari cela untuk menembus bumi. Kamupun pandai menghadirkan keceriaan, menembus cela kesepian yang tak dapat dilakukan oleh siapapun. Itulah sosokmu yang menabur rindu di kisahku hari ini, setelah sebelumnya engkau membawa kisah yang ceria. Karena engkaulah membuatku tahu tentang kerinduan, maka engkau pulalah yang mampu menembus kesepian itu. Bersama kisahku hari ini, dan kemarin, kukembali memanggilmu ataupun menjumpaimu, supaya hatiku dibebaskan dari jepitan kerinduan.



Hatiku terpenjara dalam kerinduan, hanyalah sosokmu yang dapat membebaskannya, dibebaskan untuk kembali ceria. ”



***



Engkau pernah ada di hadapanku, berbagi cerita dengan amat ceria.

Membagi kisah dengan penuh kasih. Membagi cerita dalam wajah manja.

Melukis jumpa dengan tatapan manis.

Engkau membongkar kesepian dengan kecerian yang tertata dalam setiap candamu.

Engkau mengalirkan kegembiraan bagai air yang pandai mencari cela untuk mengalir.

Mencari cela untuk keluar dari kesepian.

Keceriaan dalam gambaran tawa, seakan waktu terlalu cepat untuk melepaskan itu, saat engkau beranjak pergi.

Engkau sosok yang membuat hati tahu akan rasa rindu.

Engkau sosok yang ceria, yang membuat hati tenggelam dalam keceriaan.

Engkau sosok yang mampu mengobati kecanduan sepih,

dengan ramuan kata manja yang amat romantis.

Tambah sakti, saat wajah manja menunjukkan senyuman manis yang berlapis.

Engkau adalah sosok pembawa rindu.

Saat mata terhalang menatapmu, hati menjadi aktif mencarimu.

Mencari sosok yang membuat hati memahami rasa rindu.

Itulah sosokmu.

Kerinduan ini ada, saat sosokmu tak terlihat oleh mata.

Saat kata tak dijawab, saat ceria kembali sepih,

saat telinga tak mendengar tawa dan katamu yang diramu romantis.

Ekaulah sosok yang membawa rindu.

Rindu yang dibeku oleh sepih.

Hanya sosokmu yang mampu mencairkannya untuk kembali mengalirkan keceriaan.

Baca: Menggagas Bengkel Budaya

Hanya sosokmulah yang menyadarkan aku, akan kopi yang pahit, bila tanpa gula.

Manis, bila bercampur gula. Atau mungkin kerinduan akan sosokmu lebih tinggi dari takaran kopi yang kuminum?

Yah, karena kerinduan akan sosokmu yang pernah membagi cerita dan keceriaan, tidak dapat dicairkan oleh apa dan siapapun. Kecuali kamu.

Karena kamulah yang berhasil membuat hati, memahami kebersamaan, dan merindukan kebersamaan saat sosokmu berpaling.

Bila cinta mulai tumbuh, hati pandai memahami perasaan. Bila cinta dan prasaan bersatu, ketakutan mulai berbenih. Itu ketakutan romantis. Karena alasannya hanya satu, takut kehilangan sosok yang pernah ada dan sosok yang ingin dimiliki. Bila cinta bagai benteng, kerinduan mulai ikut campur. Kerinduan semakin memuncak, saat sosok yang mendesain kisah ceria jauh dari jangkauan mata, walau dekat dalam jangkauan hati”




Ini kutuliskan untuk sosokmu, yang berhasil menabur kerinduan dikisahku. Walau aku belum mengatakan, tentang prsaan yang sebenarnya. Walau aku belum brani, menuliskan hati yang sebenarnya. Walau aku belum brani menuliskan namamu di sajak ini. Tapi hatiku tetap mengagumi sosokmu. (FH/Feliks Hatam)

Ilustrtasi : https://www.flickr.com/photos/
Sastra: Sosok Pembawa Rindu Sastra: Sosok Pembawa Rindu Reviewed by www.surya.com on Oktober 16, 2017 Rating: 5

9 komentar:

VIEW

Diberdayakan oleh Blogger.