LETANGMEDIA

Sex-Ekologi

Tingginya anggka keruskan alam setiap tahun memanggil setiap insan untuk memikirkan tentang masa depan generasi.

Saat ini dengan segala kekayaan alam, kita menggunakannya secara berfoya-foya. Kita rakus, bahkan ada yang berpikir "hanya kita yang ada di bumi ini"

Saat ini pula, kita bersenang-bersenang berada diatas kekayaan alam, kita tidak pernah berpikir setiap saat manusia selalu bertambah, tetapi alam semakin tergerus tak menentu.

Atau cobalah tengok, ke mister google, di sana banyak data yang menjelaskan keruskan bumi, rumah kita

Bumi ini,bukankah milik seorang, atau sebagian orang, tetapi rumah berlangsungnya sejarah semua makhluk. Rumah berlangsungnya kisah antara semua yang telah diciptakan. Rumah berdiamnya setiap generasi manusia yang terus lahir setiap hari.

Bumi adalah kitab raksasa, kata Santu Yohanes Paulus II. Pemilik Ciptaan telah menuliskan dengan kebebasan dan dari ketiadaan. DIA telah menulis denga indah dalam rupa kekayaan yang ada di dalam tanah, di atas tanah, di awan.

DIa telah memberikan arti semua yang diciptakan-Nya, walau tidak digunakan oleh makhluk lain. Ini yang disebut nilai instrinsik ciptaan.

Bumi sebagai kitab raksasa dibacakan oleh semua makhluk dalam kesadaran dan kesalehan. Dibacakan dengan penuh kebijaksanaan, agar saling memberikan kebahagiaan antara makhluk.

Manusia yang diitumewakan dari semua ciptaan hendaklah memberikan kesejukan diantara makhluk. Akal budi adalah keunikan manusia dari semua "huruf-huruf" Pencipta yang ada dalam buku-Nya.

Oleh terang akal budi, manusia menghadirkan cinta diantara makhluk, oleh akal budi manusia melihat keindahan setiap ciptaan, oleh akal budi manusi menempatkan sikap empati kepada semua ciptaan. Ini nyata. Kalau belum, nyatakanlah!.

Akan tetapi akal budi, justru memberikan pemilahan yang salah. Pemilahan antara ciptaan yang berguna dan tidak berguna, ciptaan yang penting dan tidak penting, pemilahan antar wanita dan perempuan. Ini adalah awal munculnya krisis ekology.

Sekali lagi, semua ciptaan diciptakan-Nya dengan memiliki nilainya masing-masing. Maka bukan tidak mungkin gerrakan ekofeminisme lahir dari keprihatinan atau anggapan ketakmampuan kaum hawa dalam melestarikan ciptaan. Yang diikuti dengan gerakan jender. Saya pun berpikir bahwa, suatu saat nanti ada gerakan eko-jender. Ya, dalil awalnya adalah semua ciptaan memiliki kesamaan hak untuk hidup dan berada di bumi dan berdiri sejajar dengan ekosentrisme.

Perivelese manusia di hadapan Pencipta dengan memberikan kebebasan untuk menguasai ciptaan.

Nah. Kita mungkin terkecoh dengan kata mengusasi atau menaklukkan ciptaan".

Jangan terburu-buru sobat.

Sambil membongkar-bangkir semua referensi, saya dan Anda pasti menemukan arti yang agak sama, bahwa tesis utamanya adalah manusia diberikan kuasa sebagai wakil-Nya di dunia untuk menjadikan semua ciptaan sebagai patner hidup, sebab Pencipta telah menjadikan manusia sebagai rekan kerja-Nya.

Manusia dan ciptaan lainya adalah patner. Manusia dalam menggunakan kekayaan alam harus berjalan dalam nunsa dialog dan relasional. Saya yakin kita semua tau, atau pernah mendengar konsep rantai makanan. Dari konsep itu,kita menyadari bagaimana semua makhluk saling membutuhkan. Relasi atau dialog kosmis tidak akan berjalan maksimal bila satu unsur tidak lengkap.

Manusia membutuhkan hasil yang memuaskan. Hasil yang memuaskan akan terwjud bila tanahnya subur. Tanah yang subur digembur oleh cacing. Cacing akan tetap hidup bila suhu tanahnya lembab. Suhu tanah lembab, bila mana pasokan air di bumi mencukupi. Kebutuhan air mencukupi, bila pohon-pohon selalu ada. Ini hanyalah contoh bagaimana relasi dialogkosmis itu terjadi.

So, dapat dikatakan bahwa bumi adalah tubuh kita.

Bayangkan: seluruh orang tubuh manusia saling membutuhkan. Kita akan merasa sakit, bila salah satu organ tubuh sakit. Halnya dalam relasi dengan alam.

Artinya, tindakan manusia yang prolingkungan akan mamatikan ratusan sepesies setiap harinya, yang menyebabkan retaknya satau rantai atau jejaring kehidupan.

Menyadari hal itu, gerakan keadaan terhadap alam harus menjadi bagian pertama sebagai gerakan yang muncul dari dalam diri. Gerakan dalam diri ini didasari oleh sikap terik terhadap alam, tertarik dengan keindahan alam membuahkan cinta yang saling menyelamatkan, agar semuanya terjaga.

Hal inilah yang mendasari kajian Ken Wiber yang diulas secara menarik dalam bukunya "sex, ecology and spituality"

Trimakasih.

Ini catatan pengantar saja, semoga bermanfaat.
Sex-Ekologi Sex-Ekologi Reviewed by www.surya.com on November 26, 2017 Rating: 5

2 komentar:

VIEW

Diberdayakan oleh Blogger.