Sajak-saja ini memang masih jauh dari kata baik atau bagus. Tapi apalah salahnya kalau kita mencoba untuk melukiskan setiap tetesan keringat sang tokoh yang berpengaruh dalam hidup kita lewat kata-kata dan doa.
Sajak Untuk Ayah (Part I)
[caption id="attachment_752" align="alignnone" width="389"]

Ayah.
Lelaki tegar yang kukenal.
Pria hebat yang kulihat didamba sepanjang hayat.
Pria yang tak kenal lelah.
Demi secuil harapan untuk masa depan.
Baca Juga: ALYA PEREMPUAN SENJA
Ayah
Triknya mentari tak kau peduli.
Dinginnya hujan tak kau rasakan.
Pagi petang engkau membanting tulang.
Semua demi cinta dan janji sucimu.
Semua demi melihat buah hatimu senyum yang nyata.
Ayah
Engkau bermandikan keringat darah.
Setiap tetesan keringatmu terungkap harapan mulia untuk buah hatimu.
Cita-cita buah hatimu adalah semangat tanpa batas dalam setiap karyamu.
Ayah
Malam engkau beralaskan tikar.
Siang engkau tak bertopi atau berpayung.
Kaki tak beralas dalam setiap langkah.
Semua kau lakukan dengan senyuman dan kaya iklas.
[caption id="attachment_753" align="alignnone" width="404"]

Ayah.
Mengapa engkau begitu gigih melawan triknya mentari.
Mengapa engkau tidak taat pada keterbatasan.
Mengapa engkau biarkan ragamu ditelan mentari bara.
Mengapa engkau biarkan telapak kakimu tertusuk benda-benda alam.
Mengapa engkau biarkan nadi-nadimu tertusuk dinginya sang malam.
Pernah kutanya.
Bagi ayah, itu bukan jadi soal.
Biarkan anak-anakku terseyum.
Biarkan buah hatiku tidak jatuh dalam pengalamanku.
Setiap tetesan darah untuk menjawab harapan buah hatiku.
Setiap helai rambutku selalu menuliskan cita-cita putra dan putriku.
Kata ayah.
Anakku, walau aku tak mengandung dan tak menyusuimu.
Namun setiap tetesan keringatku hanya satu tujuan.
Semua kulakukan dalam ketulusan, kelak anakku tersenyum dalam kebahagian.
Ayah.
Hati teriris melihat ragamu yang dulu tegar.
Melihat rambutmu yang sekarang berubah menjadi uban.
Melihat tubuhmu yang dulu tegar, kini lemah ditelan waktu.
Namun semangatmu tak pernah pudar.
Ayah.
Sajak-sajakku tak cukup, lagi tak pantas untuk jasamu.
Penaku tak layak untuk menulis di atas keringatmu.
Bahkan hasil perjuangku tak sebanding dengan pedihnya deritamu.
Namun semua akan luar biasa hanya karena cintamu berkat karya-Nya.
Ayah.
Sadarkan kami akan cintamu.
Bila kami jatuh dalam hal yang salah.
Sapalah kami dalam ketulusanmu.
Bila kami pura-pura tak mengenalmu. Ampun.
Ayah. Ingatkan kami saat berada pada posismu.
Bca Juga: Ibu. Kasihmu Tapal Batas
Ayah (Part II)
Engkau tak kelah lelah
Keringat darah membasahi tubuhmu.
Pengorbananmu adalah semangatku dalam setiap kisah yang terlukis.
Semangatmu adalah susu dalam akalku.
FH/rojoklodok.wordpress.com
Kau Tak Pernah Lelah
Reviewed by www.surya.com
on
Desember 02, 2017
Rating:
Doaku untukmu
BalasHapus[…] BACA Juga: Kau Tak Pernah Lelah […]
BalasHapus