Itukah Hatimu: Tuntaskan Resah yang Penuh Galau

Hatiku resah, gelisah, remuk, retak bila memandang wajah lesumu.

[caption id="" align="alignnone" width="640"] ILUSTRASI: http://www.Kompasiana.com[/caption]

Hatiku bagai digilas saat memandang wajah lemasmu.

Hatiku gundah bila tak lagi ada senyum dibibirmu.

Oh,,,kamu, yang membuatku selalu bertanya. Oh,,,kamu, yang selalu membuat hatiku diasingkan oleh tanya yang tak kunjung jawab.

Oh,,kamu, yang tak sedikitnya kembali ke nurani, melirik segala arti dari cinta yang pernah ada.

Baca Juga: Kamu Adalah Syair Puisiku

Hatiku,,,kini terasingkan saat tanya hatimu. Hatiku terkapar pada mata yang indah yang kelam. Tak ada yang terucap. Memandang kosong.

Itukah hatimu?

Aku bukanlah ahli membaca rasa, apalagi membaca gerakmu.

Yang aku tahu, cinta itu sederhana. Yang aku perjuangkan untuk tidak menyulitkan hal yang sederhana. Yang aku harapkan, biarlah dari kesederhanaan itu bertumbuh benih cinta. Biarlah dari kesederhaan itu menetaskan cinta sejati, yang berakhir di pelaminan.

Yah, pelaminan. Bukan berkhir tangis, lalu pamit.

Yah, pelaminan, bukan gundah pada luka yang sama diciptakan

Tetapi mengobat luka, menuntas resah hanya karena oleh caramu melihat cinta yang amat sederhana.

Yah, membubar luka, apalagi prasangka, hanya terjadi oleh keyakinanmu pada dia yang tulus membalas setiap senyummu.

Yah, pelamimanan, hanya karena oleh egomo yang harus dilepaskah.

Baca Juga: Anak-Anak Penakluk Gunung: Triakan Selamat Hardiknas

Hingga, tidak lagi tatapan kosong, apalagi membaca rasa yang kosong, yang gosong termakan prasangka.

Tetapi tatapan penuh rasa, bukan iba sebagai balas rasa.

Tatapan penuh sukacita yang bebas, bukan sukacita hanya karena ingin disukai

Tatapan berbalut senyum, bukan senyum karena ingin dikatakan murah senyum. (FH)

Baca Juga: Part I :  Gugat isi Mata

Resah disudut senja, 07/5/2018