LETANGMEDIA

Puisi: Paskah dan Kesedihan

PUISI: PASKAH DAN KESEDIHAN

Ilustrasi(Sumber:www.minews.id)

Biasanya kudengar irama nada di setiap wilayah
Nada-nada indah bagi Tuhan
Nyanyian kidung digaungkan untuk memeriahkan misa Paskah
Kali ini sunyi. Senyap. 

Biasanya, bila Paskah tiba, kami tidak membicarakan liburan
Masing-masing kami menyibukkan diri, larut dalam semberbak nyanyi dan tarian 
Biasanya di setiap lorong kampus nada-nada indah beralun dalam tempo dan birama
Iringan musik berpadu dalam oktaf dan asonansi yang harmonis hingga pukul dua puluh 
Kami selalu berbicara tentang merayakan paskah bersama umat di mana kami pergi
Kami selalu  saling mengingatkan diri untuk mempersiapkan diri sebelum turun ke tempat asistensi. 
Dan saat kami pulang, kami selalu membagikan cerita tentang indahnya merayakan paskah dengan keluarga tempat kami merayakan paskah
Namun semua itu, berubah, semua itu tiada
Sedih.... merenung ini serasa oase di padang harapan....

Sepekan lalu, 
Untuk pertama kali aku berdiri bersama saudara seiman di jalan 
Menenteng dan melambaikan  daun palem
Menunggu gembala kami memberi berkat. 
Untuk pertama kali aku melihat pintu gereja ditutup
Untuk pertama kali aku tidak berjabatan tangan di hari kemenangan. 
Untuk pertama kali aku tidak mendengarkan  nyanyian indah di gereja
Untuk pertama kali aku tidak melihat umat menuju ke gereja memuji Tuhan
Semuanya baru pertama kali terjadi
Sedih melihatnya
Bukan karena aku tidak mengetahui situasi saat ini
Aku hanya merindukan suasana seperti sediakala 
di hadapan pandemi mahkluk renik bermana Covid-19. 


Kesedihan ini berawal saat bumi berduka oleh serangan makhluk tak kelihatan itu
Aku tahu dan kita semua tahu, saat ini umat mengikuti Ekaristi online melalui live streaming Itu dilakukan sebagai tindakan antisipasi dan pencegahan  pandemi ini 
Perayaan ekaristi hari Minggu dan Trihari suci dilaksanakan dalam bentuk live.  
Jujur, ada sedih dan duka. Sebab tidak seperti biasanya. 
Di balik semua itu…
Aku percaya rahmat Yesus tidak dibatasi ruang dan waktu
Merayakan Kristus di rumah tidaklah salah
Sebab Gereja sebagai persekutuan telah dipersatukan Kristus.




Ya, sat ini, memang kita tidak ada kontak indrawi antarumat dan imam, imam dan Umat, antar umat dan umat, pintu gereja ditutup, tidak lagi saling berjabatan tangan tetapi tetap bersatu dalam iman yang sama yakni Kristus. 
Mengikuti  perayaan Ekaristi dari rumah masing-masing, tetapi kita bersatu secara batiniah dan spiritual serta berpusat pada sumber yang sama, yakni Yesus kristus sebagai penyelemat. Komuni spiritual dan komuni batin sebagai keinginan mendalam untuk bersatu dengan Yesus Kristus sebagai tanggapan atas keinginan Tuhan, sumber permersatu.
Simbol mempunyai keterbatasan, namun rahmat Kristus tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Kita tidak bertemu di gereja sebagaima biasa, tetapi kita kita bertemu dalam doa dan Tuhan yang sama, Yesus Kristus.

Hilangkan resah dan risau karena tidak dapat mengikuti perayaan ekaristi di gereja. Sebab saat ini altar gereja  di rumah-rumah umat. Kini, gereja tidak terbatas pada bangunan, tetapi persekutuan umat Allah yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Gereja adalah Tubuh, Kristus adalah kepalanya dan kita adalah anggotan-Nya. 

Saat ini ada rindu untuk kembali seperti semula, bertemu dengan sahabat, keluarga dan teman-teman.
Ada rindu untuk berada bersama dengan teman-teman kerja, teman kantor, taman sekolah sabagaimana biasanya. 
Ada rindu Merayakan hari Minggu di Rumah Tuhan, menyambut tubuh dan darah Kritus.
Saya, dan kita semua, pasti Rindu dan sedih. 

Berharap Mukzizat Tuhan terjadi, Corona berakhir. Rindu terobati. Amin.(Feliks Hatam)
























Puisi: Paskah dan Kesedihan Puisi: Paskah dan Kesedihan Reviewed by www.surya.com on April 14, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar:

VIEW

Diberdayakan oleh Blogger.