FILM PENDEK: NENEK NUNDUK AGU EMPON: KAMPAYE EKOLOGI
Adegan 1
|
||
Setingangan 1: Nenek sedang duduk termenung di teras Rumah, dan selang beberapa
menit kemudian datanglah cucunya setelah bermain dengan teman-temannya.
|
||
Doni
|
:
|
Nenek, mengapa
duduk termenung? Saya putar kopi buat nenek em? Sapa Raes sambil mendekati Neneknya”.
|
Nenek
|
:
|
Sambil tertawa, nenek menjawab cucunya, hehehe, tumben sekali engkau memintaku untuk minum kopi”.
|
Doni
|
:
|
Sambil tertawa dengan penuh keceriaan
Raes menjawab, tidak
juga nenek. Karena dari tadi saya lihat nenek duduk termenung
terus. Nek, bapa dan mama belum pulang dari kebun? Tanya Raes,
sambil putar kopi untuk neneknya”.
.
|
Nenek
|
:
|
(Minum Kopi) “Dengan penuh kaget, Nenek mengajukan
pertanyaan: Hae, memangnya tadi engkau tidak ikut
ke kebun?”
|
Doni
|
:
|
“Tidak Nenek, tadi kami ada studi sore.
Sepulang studi saya pergi cari kayu api dan timba air, setelah
itu baru saya pergi bermain bersama teman-teman. Jawab
Raes, sambil membawa segelas kopi pahit kepada neneknya”
|
Nenek
|
:
|
(Tersenyum sambil memandang ke
arah Raes) … “Oh, begitu”.
|
Bagian II: Raes duduk berhadapan dengan neneknya
di teras rumah
|
||
Ardus
|
“Nenek, Apakah dulu kali yang sebelum masuk kampung itu
ada airnya”? Tanya Raes kepada neneknya.
|
|
Nenek
|
:
|
“Aduh cucuku, disitu dulu tempat kami
menimba air, termasuk bapamu saat mereka masih kecil. Jawab
nenek sambil memandang wajah keingitaun cucunya. Yah, tapi sekarang karena
pohon-pohon yang ada di mata air tersebut habis ditebang yang menyababkan
mata air tersebut kering. Padahal dulu, aliran airnya deras dan jernih. Belut
dan udang pun hidup di sana. Jangan tanya kepiting dan katak, wuih luar biasa
banyaknya. Kalau sore dan pagi hari kita pergi mandi, kita dihibur oleh ramah
dan ramainya suara katak..krong-krong, kreng–kreng, krung-kreng. Lanjut
nenek sambil tertawa bahagia bersama Raes”
|
Doni
|
:
|
Raes menjawab. Aduh nenek, asyik sekali tuh”.
|
Nenek
|
:
|
“Selain itu nono, pada jaman kami
dulu, kalau sore hari dan subu, telinga dan batin dihibur oleh ramainya
kicaun burung di hutan. Sunyi dan merdunya suara burung-burung itu membawa
ketedahan rasa selepas penat dan capehnya pulang kerja, termasuk pagi hari
saat pergi mengembalakan kerbau. Lanjut Nenek”
|
Ardus
|
:
|
“Nenek, kenapa semua burung-burung itu
tidak ada sekarang? tanya Raes kepada neneknya. Nenek,
burung-burung itu saya tidak pernah lihat, padahal saya pingin sekali untuk
mendengar dan melihat burung-burung itu. Lanjut Raes”.
|
Nenek
|
:
|
Aduh Nono, itulah akibat dari tebang
semu pohon, tanpa ada penanaman kembali. Selain itu, banyak orang yang
menembak burung-burung tersebut”.
|
Doni
|
:
|
Ah, nenek tapi kan,
tidak ditembak semua toh nek – Raes menyela dan
tidak yakin”.
|
Nenek
|
:
|
“Sambil tertawa, nenek setia menjawab
pertanyaan cucunya. Heheheh, yah nono, memang tidak
ditembak semua. Nono harus tahu, kayu atau hutan adalah rumah mereka, dan
semua buah dari kayu liar itu adalah makanan mereka. Kalau tidak ada hutan
atau kayu, berarti mereka kehilangan rumah dan sumber makanan. Itulah
sebabnya mereka berlahan-lahan musnah, atau mencari temapat hidup yang sangat
jauh dari kehidupan manusia. Sama dengan kita kan, rumah ini
adalah tempat kediaman kita. Lanjut Nenek untuk meyakinkan cucunya”
|
Doni
|
:
|
“Ole nenek, sedih sekali
mendengar cerita itu. Sekarang saya tahu, itulah sebabnya dari
tadi nenek duduk termenung,,,,hehehe. Jawab Raes kembali
menghibur neneknya. Dan sekarang saya baru tahu dan sadar, itulah
pentinya ungkapan jangan menebang hutan smebarangan dan jangan membakar
alang-alang supaya air melimpah ruah. Lanjut Raes”.
|
Nenek
|
:
|
(Sambil memuji,
nenek menyambung : Uis, padahal kau sudah tahu ungkapan-ungkapan
itu”
|
Ardus
|
:
|
saya kan dengar dari Nenek. Makanya
sekarang, kami menyesal dan khawatir nek; karena banyak fauna dan flora
yang saya tahu melalui cerita saja, tapi tidak pernah melihatnya. Apa lagi untuk anak dan cucu kami nanti. Eh, apa
yang kami wariskan ke mereka nanti nek? Tidak ada. Lanjut Raes”
|
Nenek :
|
:
|
Heheh, Itulah sebabnya, fauna
dan flora yang ada sekarang harus di jaga, jangan menebang hutang secara
sembarangan. Kalau hutan sudah ditebang untuk perkebunan, jangan lupa
meremajakan kembali hutan tersebut,. Lanjut Nenek.
|
Raes
|
:
|
“Sambil memuji neneknya. Raes berkata : Wuiss,
kren sekali itu istilah Nek”
|
Nenek
|
Maksudnya: Kalu nanti engkau
buka kebun baru, jangan lupa menanam kayu kembali. Yah, lebih baguslah kalau
tanam kemiri, coklat, kopi, cengkeh, atau apa saja tohhh. Kalau istilah kami
di sekolah sekarang Rebussasi.
|
|
Ardus
|
:
|
Raes meluruskan kalimat
akhir dari Neneknya. Hehehe, bukan rebussasi nek,
tapi Reboisasi”
|
Nenek
|
:
|
Dibalas dengan tawa, Nenek
diyakinkan ucapan dari cucunya. Keekekek, oh yah padahal itu sebutan yang
benarnya. Yahhh,,, saya juga dengar dari orang lain Nono.
|
Arus
|
:
|
(Raes sambil melihat jam tanganya
mengajak neneknya masuk ke dalam rumah. Aduh Nek, padahal sudah
jam 07,00, pantas dingin sekali. Sebaiknya sekarang, kita duduk di
dalam Rumah, -Raes sambil mengambil dan membawa gelas kopi neneknya ke
dapur. sebelum bapa dan mama pulang dari kebun”.
|
FILM PENDEK: NENEK NUNDUK AGU EMPON: KAMPAYE EKOLOGI
Reviewed by www.surya.com
on
Mei 06, 2020
Rating:
Tidak ada komentar: