LETANGMEDIA

Dari Manggarai-NTT: Ada Suara Ucapan Selamat Hardiknas Untuk Bapak Jokowi Di Jakarta

Dari Mangggarai: Ada Suara Ucapan Selamat Hardiknas Untuk Bapak Jokowi Di Jakarta

 

Réwéng gâmi tâu latang âmé Jokowi



(Suara kami untuk/buat Bapat Jokowi)



IMG-20180430-WA0017.jpg

Dari Timur: Ada Suara Ucapan Selamat Hardiknas Untuk Bapak Jokowi Di Jakarta

Réwéng gâmi tâu latang âmé Jokowi
(Suara kami untuk/buat Bapat Jokowi)



Bapak Jokowi, ada salam hangat dari kami putra-putrimu di ujung negeri ini. Berjabatan tangan mungkin mustahil terjadi, tetapi satu hal yang membuat sama adalah harapan Bapak untuk membangun negeri ini dengan cita-cita kami yang terus bergelora melalui pendidikan.

Oleh harapan itu, dihari pendidikan nasional ini, ijinkanlah putra-putrimu dari pelosok negeri ini untuk mengucapakan: “selamat hari pendidikan buat Bapak Presidenku” Dihari yang penuh sejarah dalam dunia pendidikan ini kami berdoa agar bapak selalu sehat dan terus berkomitmen dalam cinta membangun anak negeri melalui program-program yang pro pendidikan.

Dihari yang istimewa ini juga, kami bersyukur dan berterima kasih atas jasa para pahlawan, lebih khusus jasa Bapak pendidikan, Ki Hadjar Dewantara. Senada dengan itu, kami berterima kasih atas segala bantuan dan program-program yang Bapak luncurkan untuk anak-anak negeri ini. Program-program yang bapak luncurkan untuk membangun wajah pendidikan di negeri ini telah dan sedang kami nikmati.

Sekali lagi, selamat hari pendidikan yah, pak.




Suara kami, Untuk Bapak Jokowi. Suara itu adalah harapan. Harapan itu adalah kerinduan. Kalau menurut Dilan rindu itu berat, tapi saat ini yang berat buat kami adalah penantian. Menanti untuk sedikit bebas dari keterbelakangan. Penantian untuk melihat buku terpajang di sekolah yang mungkin dikenal dengan perpustakaan, penantian untuk menyebutkan laboratorium, penantian untuk berada didepan komputer saat belajar Teknologi Infomasi dan Komunikasi, dan penantian untuk belajar nyaman saat musim hujan.

Bapak Jokowi, presidenku, peresiden kita, dan presiden kami. Di hari pendidikan nasional ini ada suara dari anak-anakmu di pelosok negeri ini.



Dihari Pendidikan nasional ini ada salam dari anak-anakmu di Timur Negeri ini.
Ada harapan dari anak-anakmu dari pelosok negeri ini.
Ada doa dari anak-anakmu di diujung negeri ini.
Ada sepucuk cinta dari anak-anakmu di di ujung bumi Indonesia.

Salam pembangunan untuk membangun negeri ini dengang (dalam) cinta.
Harapan untuk memndapat sentuhan pembangunan dari tanganmu, bapaku Jokowi
Doa untumu, bapak Jokowi, agar selalu sehat dan kuat, supaya cita-cita kami kelak tercapai
Supaya cita-cita kami membuahkan cinta bagi negeri oleh mata hatimu yang manembus dan membebaskan segala sekat perbedaan. Semoga, ya Bapak .

Bapak Jokowi kami terus berdoa dan berharap
Agar bapak selalu tegar melawan ketidakadilan.
Agar bapak selalu berpegang teguh pada komitmen untuk membangun bumi pertiwi dan mencerdaskan anak negeri. Kami bangga memilikimu Bapak Jokowi.

Suara kami tulus, mulus, untuk mengucapkan selamat hari pendidikan untuk ame (Bapak) Jokowi. Suara kami tulus, mulus, dan murni sebagai ungkapan hati anak negeri yang ada di ujung Timur. Lurus, bukan karena ada maksud untuk mencuri hati ame (Bapa) Jokowi. Suara kami sebagai ungkapan hati untuk terus mencari arti di hari pendidikan nasional yang selalu dirayakan setiap tahun.



Bapak Jokowi yang kami kasihi, ucapan kami tulus, tanapa sekat, mulus untuk terus mencari arti tentang pendidikan yang merata dan menyatu.

Ame Jokowi, ame momang gami (Bapak Jokowi, Bapak yang kami kasihi) banyak cerita yang kami dengar, banyak kisah yang kami lihat, tentang kiprahmu sebagai kepala negara, tentang caranmu menakhodai negeri ini, tentang rencanamu memberikan lilin yang terus hidup di negeri ini. Sebagaian dari cerita itu telah kami alami, telah kami nikmati.

Banyak cerita tetangmu Bapak Jokowi untuk membebaskan anak negeri dari keterbelakangan lintas transportasi, banyak berita tentang caramu mengunjung dan menyapa anak negri. Semua itu mustahil kami alami.

Sebab kami adalah anak negeri ini yang terus bermimpi, bahkan mimpi diatas mimpi. Seiring mimipi yang terus mendesak, kaki kecil kami terus melangkah melewati gunung dan lembah untuk menemukan arti hidup melalui pendidikan.

Bapak jokowi, banyak cerita tentang hadiah yang engkau berikan kepada anak negeri dikala jumpa. Kami tersenyum bangga mendengarnya, walau bukan kami yang terima, tetapi anak-anak yang menerima hadiah itu seperti sepeda dan labtop adalah wujud cinta dan perhatian bapak Presiden untuk anak negeri yang sedang berjuang wujudkan cita-cita.

Bapak Jokowi kami bangga memilikimu. Menurut kami, Bapak tidak hanya seorang Preseden, tetapi Bapak untuk semua anak negri yang sedang berjuang wujudkan impian.

Bapak Jokowi yang kami banggakan, kami tidak sedang sensasi mencari perhatian, apalagi mohon belaskasihan supaya mendapatkan sepeda atau labtob. Sebab, bila Bapak berikan barang itu kepada kami, kami akan menyimpannya.

Maaf yah Bapak. Bukan karena kami tidak suka dengan barang-barang itu, atau tidak senang dengan pemberian Bapak. Tetapi barang-barang itu belum cocok dengan keadaan jalan kami di ujung Timur.

“Ah, masa” . Benar kok Pak. Kami tidak malu untuk mengatakan bahwa, masih banyak di daerah kami yang belum menikmati atau mendapat perhatian dari segi transportasi dan listrik.

Bapak presiden kan pernah mengatakan seperti ini “transportasi itu penting. Selain untuk membuka isolasi, tetapi juga untuk mendorong kemajuan ekonomi” Benar yah Pak, maaf kalau saya salah. Heheheh.

Bila jalan raya berhasil dibuka untuk semua pelosok negeri, maka pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat. Petumbuhan ekonomi meningkat, maka kebutuhan akan pendidikan pun meningkat. Kebutuhan pendidikan meningkat, maka kesadaran anak negeri untuk mencerdaskan dirinya melalui pendidikan meningkat. Atau bagaimana Bapak? Maaf kalau salah, Ya Pak.

Halya kalau Bapak, memberikan kami Labtob, Tentu kami akan menyimpannya di lamari.
Sekali lagi, bukan karena kami tidak senang dengan barang itu. Tentu rasa syukur dan bangga yang kami rasakan.
Tetapi Pak, barang itu kan memerlukan arus listrik. Sementar masih banyak wilayah yang bapak Pimpin belum menikmati listrik. Ini jujur pak. Masih banyak anak negeri di ujung Timur yang belajar di bawah terang pelita.

Oh, yah Pak, saya menuliskan ini, sekali lagi bukan untuk mencuri perhatian, apalagi mencari sensasi untuk meluluhkan hati Bapak. Akan tetapi, saya menuliskan ini untuk terus mencari arti saat merayakan hari pendidikan nasional, terus mencari arti tentang pendidikan yang merata, terus mencari arti tentang pembangunan yang merata.

Amé Jokowi, mbâu iling sanggét roéng Indonesia (Bapak Jokowi tempat perlidangan semua rakayat Indonesia)
Mungkin bapak menanyakan data sekolah yang belum memiliki perpustakaan, gedung sekolah sendiri, atau menanyakan sekolah yang belum memiliki laboratorium, atau sekolah sekolah yang belum memiliki komputer untuk siswa-siswi; Atau mungkin bapak menanyakan kampung yang tertinggal dari jalan raya dan listrik. Saya tidak menjawabnya berdasarkan data.
Maaf ya, pak, saya bukan tidak percaya pada data kuantitatif, atau pada data statistik statistik yang tersusun rapi di atas kertas.
Namun saya menulis dan menjawabnya berdasarkan kenyataan. Data menggambarkan akumulasi atau menyimpulkan seluruh, sementara kenyataan menyatakan realitas. Maaf kalau saya salah dan keliru.

Sekali lagi, saya menuliskan ini bukan untuk mencari popularitas apalagi untuk mendapat prioritas. Sebaliknya saya menuliskan ini untuk sedikit berani mengatakan kenyataan yang ada.
Sebab saya tidak berhak untuk menyatakan “Yang dopelosok harus diprioritaskan, yang terpinggirkan harus diangkat, yang dilupakan harus dinggat, yang luput dari perhatian harus diperhatikan” Yang berhak mengatakan itu adalah bapak-bapak/I yang mengayunkan palu.

Kami hanya berhak bermimpi untuk semua itu, kerena di Kartu Tanda Penduduk kami dituliskan bahwa: WARGA NEGARA INDONESIA, dan disetiap Pemilihan Umum untuk memilih pemimpin di repoblik ini, kami diundang dan menyumbangkan suara.
.
Bapak Jokowi, saya menuliskan ini untuk mewariskan harapan dan keriunduan para pendahulu kami, yang terus bermimpi agar suatu saat mendapatkan perhatian soal transportasi dan penerangan.

Harapan yang terus menggema, agar suata saat anak-anak mereka tidak lagi belajar menggunakan pelita.
Harapan yang terus ada disetiap aliran keringat, agar suatu saat orang tua tidak lagi memikul beras menggunakan tenaga manusia untuk anak-anak mereka yang sedang belajar di sekolah yang jaral temupuhnya jauh dari kampung halaman anak-anak itu.

Harapan yang terus ada saat berada dibilik suara, kelak ada berita isolasi telah dibuka. Kelak ada perasaan untuk meretas keterbelakangan.

Sekali lagi, saya menuliskan ini tidak untuk mendapat belaskasihan. Tetapi sedikit berharap untuk bebas dari keterbelakangan dibawah telapak tangan Presidenku Bapak Jokowi.

Trimakasih bapak Jokowi, Bapak yang membuat kami brani barharap dan bermimpi. Kami selalu berharap dari setiap programmu. Kami selalu berpimipi oleh setiap misimu. Kelak kami mendapat bingkisan dari visi dan misimu 2014 lalu “membangun negeri dari desa” . Bila pula berkenan : “Membangun desa dari kampung”
Jokowi, ada salam hangat dari kami putra-putrimu di ujung negeri ini. Berjabatan tangan mungkin mustahil terjadi, tetapi satu hal yang membuat sama adalah harapan Bapak untuk membangun negeri ini dengan cita-cita kami yang terus bergelora melalui pendidikan.

Oleh harapan itu, dihari pendidikan nasional ini, ijinkanlah putra-putrimu dari pelosok negeri ini untuk mengucapakan: “selamat hari pendidikan buat Bapak Presidenku” Dihari yang penuh sejarah dalam dunia pendidikan ini kami berdoa agar bapak selalu sehat dan terus berkomitmen dalam cinta membangun anak negeri melalui program-program yang pro pendidikan.

IMG-20180430-WA0017.jpg

Dihari yang istimewa ini juga, kami bersyukur dan berterima kasih atas jasa para pahlawan, lebih khusus jasa Bapak pendidikan, Ki Hadjar Dewantara. Senada dengan itu, kami berterima kasih atas segala bantuan dan program-program yang Bapak luncurkan untuk anak-anak negeri ini. Program-program yang bapak luncurkan untuk membangun wajah pendidikan di negeri ini telah dan sedang kami nikmati.


Sekali lagi, selamat hari pendidikan yah, pak.

IMG-20180501-WA0008.jpg

Suara kami, Untuk Bapak Jokowi. Suara itu adalah harapan. Harapan itu adalah kerinduan. Kalau menurut Dilan rindu itu berat, tapi saat ini yang berat buat kami adalah penantian. Menanti untuk sedikit bebas dari keterbelakangan. Penantian untuk melihat buku terpajang di sekolah yang mungkin dikenal dengan perpustakaan, penantian untuk menyebutkan laboratorium, penantian untuk berada didepan komputer saat belajar Teknologi Infomasi dan Komunikasi, dan penantian untuk belajar nyaman saat musim hujan.

Bapak Jokowi, presidenku, peresiden kita, dan presiden kami. Di hari pendidikan nasional ini ada suara dari anak-anakmu di pelosok negeri ini.

Dihari Pendidikan nasional ini ada salam dari anak-anakmu di Timur Negeri ini.

Ada harapan dari anak-anakmu dari pelosok negeri ini.

Ada doa dari anak-anakmu di diujung negeri ini.

Ada sepucuk cinta dari anak-anakmu di di ujung bumi Indonesia.


Salam pembangunan untuk membangun negeri ini dengang (dalam) cinta.

Harapan untuk memndapat sentuhan pembangunan dari tanganmu, bapaku Jokowi

Doa untumu, bapak Jokowi, agar selalu sehat dan kuat, supaya cita-cita kami kelak tercapai

Supaya cita-cita kami membuahkan cinta bagi negeri oleh mata hatimu yang manembus dan membebaskan segala sekat perbedaan. Semoga, ya Bapak .

Baca Juga: Kembali Ke Pancasila Untuk Menjadi Lilin Negeri

Bapak Jokowi kami terus berdoa dan berharap

Agar bapak selalu tegar melawan ketidakadilan.

Agar bapak selalu berpegang teguh pada komitmen untuk membangun bumi pertiwi dan mencerdaskan anak negeri. Kami bangga memilikimu Bapak Jokowi.

Suara kami tulus, mulus, untuk mengucapkan selamat hari pendidikan untuk ame (Bapak) Jokowi. Suara kami tulus, mulus, dan murni sebagai ungkapan hati anak negeri yang ada di ujung Timur. Lurus, bukan karena ada maksud untuk mencuri hati ame (Bapa) Jokowi. Suara kami sebagai ungkapan hati untuk terus mencari arti di hari pendidikan nasional yang selalu dirayakan setiap tahun.


Bapak Jokowi yang kami kasihi, ucapan kami tulus, tanapa sekat, mulus untuk terus mencari arti tentang pendidikan yang merata dan menyatu.

Ame Jokowi, ame momang gami (Bapak Jokowi, Bapak yang kami kasihi) banyak cerita yang kami dengar, banyak kisah yang kami lihat, tentang kiprahmu sebagai kepala negara, tentang caranmu menakhodai negeri ini, tentang rencanamu memberikan lilin yang terus hidup di negeri ini. Sebagaian dari cerita itu telah kami alami, telah kami nikmati.



IMG-20180430-WA0017.jpg

Banyak cerita tetangmu Bapak Jokowi untuk membebaskan anak negeri dari keterbelakangan lintas transportasi, banyak berita tentang caramu mengunjung dan menyapa anak negri. Semua itu mustahil kami alami.

Sebab kami adalah anak negeri ini yang terus bermimpi, bahkan mimpi diatas mimpi. Seiring mimipi yang terus mendesak, kaki kecil kami terus melangkah melewati gunung dan lembah untuk menemukan arti hidup melalui pendidikan.

Baja Juga: Menoleh Baru Memilih (Refleksi Ringan Menjelang Pemilu 2018)

Bapak jokowi, banyak cerita tentang hadiah yang engkau berikan kepada anak negeri dikala jumpa. Kami tersenyum bangga mendengarnya, walau bukan kami yang terima, tetapi anak-anak yang menerima hadiah itu seperti sepeda dan labtop adalah wujud cinta dan perhatian bapak Presiden untuk anak negeri yang sedang berjuang wujudkan cita-cita.

Bapak Jokowi kami bangga memilikimu. Menurut kami, Bapak tidak hanya seorang Preseden, tetapi Bapak untuk semua anak negri yang sedang berjuang wujudkan impian.

Bapak Jokowi yang kami banggakan, kami tidak sedang sensasi mencari perhatian, apalagi mohon belaskasihan supaya mendapatkan sepeda atau labtob. Sebab, bila Bapak berikan barang itu kepada kami, kami akan menyimpannya.

Maaf yah Bapak. Bukan karena kami tidak suka dengan barang-barang itu, atau tidak senang dengan pemberian Bapak. Pada dasarnya barang-barang itu sangat kami butuhkan, bila saja listrik dan jalan raya mendukung. Tetapi barang-barang itu belum cocok dengan keadaan jalan kami di ujung Timur.

“Ah, masa” . Benar kok Pak. Kami tidak malu untuk mengatakan bahwa, masih banyak di daerah kami yang belum menikmati atau mendapat perhatian dari segi transportasi dan listrik.

Bapak presiden kan pernah mengatakan seperti ini “transportasi itu penting. Selain untuk membuka isolasi, tetapi juga untuk mendorong kemajuan ekonomi” Benar yah Pak, maaf kalau saya salah. Heheheh.

Bila jalan raya berhasil dibuka untuk semua pelosok negeri, maka pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat. Petumbuhan ekonomi meningkat, maka kebutuhan akan pendidikan pun meningkat. Kebutuhan pendidikan meningkat, maka kesadaran anak negeri untuk mencerdaskan dirinya melalui pendidikan meningkat. Atau bagaimana Bapak? Maaf kalau salah, Ya Pak.

Halya kalau Bapak, memberikan kami Labtob, Tentu kami akan menyimpannya di lamari.

Sekali lagi, bukan karena kami tidak senang dengan barang itu. Tentu rasa syukur dan bangga yang kami rasakan.

Tetapi Pak, barang itu kan memerlukan arus listrik. Sementar masih banyak wilayah yang bapak Pimpin belum menikmati listrik. Ini jujur pak. Masih banyak anak negeri di ujung Timur yang belajar di bawah terang pelita.

Oh, yah Pak, saya menuliskan ini, sekali lagi bukan untuk mencuri perhatian, apalagi mencari sensasi untuk meluluhkan hati Bapak. Akan tetapi, saya menuliskan ini untuk terus mencari arti saat merayakan hari pendidikan nasional, terus mencari arti tentang pendidikan yang merata, terus mencari arti tentang pembangunan yang merata.

FB_IMG_15251716243146772.jpg

Amé Jokowi, mbâu iling sanggét roéng Indonesia (Bapak Jokowi tempat perlidangan semua rakayat Indonesia)

Mungkin bapak menanyakan data sekolah yang belum memiliki perpustakaan, gedung sekolah sendiri, atau menanyakan sekolah yang belum memiliki laboratorium, atau sekolah sekolah yang belum memiliki komputer untuk siswa-siswi; Atau mungkin bapak menanyakan kampung yang tertinggal dari jalan raya dan listrik. Saya tidak menjawabnya berdasarkan data.

Maaf ya, pak, saya bukan tidak percaya pada data kuantitatif, atau pada data statistik statistik yang tersusun rapi di atas kertas.

Namun saya menulis dan menjawabnya berdasarkan kenyataan. Data menggambarkan akumulasi atau menyimpulkan seluruh, sementara kenyataan menyatakan realitas. Maaf kalau saya salah dan keliru.

Sekali lagi, saya menuliskan ini bukan untuk mencari popularitas apalagi untuk mendapat prioritas. Sebaliknya saya menuliskan ini untuk sedikit berani mengatakan kenyataan yang ada.

Sebab saya tidak berhak untuk menyatakan “Yang dopelosok harus diprioritaskan, yang terpinggirkan harus diangkat, yang dilupakan harus dinggat, yang luput dari perhatian harus diperhatikan” Yang berhak mengatakan itu adalah bapak-bapak/I yang mengayunkan palu.

Kami hanya berhak bermimpi untuk semua itu, kerena di Kartu Tanda Penduduk kami dituliskan bahwa: WARGA NEGARA INDONESIA, dan disetiap Pemilihan Umum untuk memilih pemimpin di repoblik ini, kami diundang dan menyumbangkan suara.

Bapak Jokowi, saya menuliskan ini untuk mewariskan harapan dan keriunduan para pendahulu kami, yang terus bermimpi agar suatu saat mendapatkan perhatian soal transportasi dan penerangan.

FB_IMG_15251716139946095.jpg

Harapan yang terus menggema, agar suata saat anak-anak mereka tidak lagi belajar menggunakan pelita.

Harapan yang terus ada disetiap aliran keringat, agar suatu saat orang tua tidak lagi memikul beras menggunakan tenaga manusia untuk anak-anak mereka yang sedang belajar di sekolah yang jaral temupuhnya jauh dari kampung halaman anak-anak itu.

Harapan yang terus ada saat berada dibilik suara, kelak ada berita isolasi telah dibuka. Kelak ada perasaan untuk meretas keterbelakangan.

Sekali lagi, saya menuliskan ini tidak untuk mendapat belaskasihan. Tetapi sedikit berharap untuk bebas dari keterbelakangan dibawah telapak tangan Presidenku Bapak Jokowi.

Trimakasih bapak Jokowi, Bapak yang membuat kami brani barharap dan bermimpi. Kami selalu berharap dari setiap programmu. Kami selalu berpimipi oleh setiap misimu. Kelak kami mendapat bingkisan dari visi dan misimu 2014 lalu “membangun negeri dari desa” . Bila pula berkenan : “Membangun desa dari kampung”

Oleh: Feliks Hatam/feliks.hatambenediktus2017@gmail.com .WA: 081338388036
Dari Manggarai-NTT: Ada Suara Ucapan Selamat Hardiknas Untuk Bapak Jokowi Di Jakarta Dari Manggarai-NTT: Ada Suara Ucapan Selamat Hardiknas Untuk Bapak
Jokowi Di Jakarta Reviewed by www.surya.com on April 30, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

VIEW

Diberdayakan oleh Blogger.