LETANGMEDIA

RELASI SOSIAL: ANGGOM PALÉ AWON-AWÉK PELÉ SALÉN

ANGGOM PALÉ AWON-AWÉK PELÉ SALÉN


ILUSTRASI (kompasiana.com/)

MEDIAFELIKSPEDIA.COM-Masyarakat Manggarai tidak asing lagi dengan ungkapan anggom palé awon-awék palé salén. Anggom berarti merangkul atau mempersatukan, awék (merangkul, salen (baratnya), awon bagian timur. Makna dari ungkapan itu adalah agar setiap manusia berusaha untuk merangkul, mempersatukan semua orang tanpa ada batas, berani menerima yang lain sebagai saudara tanpa dipengaruhi oleh batas wilayah, kebutuhan dan kepentingan, agama, suku, bahkan pilihan politik (Hemo, 1990: 84-85).



Anggom palé awon membentuk sisi kehidupan bermasyarakat dan bernegara bermuara pada nilai persatuan dan kesatuan yang memupuk nilai solidaritas dan keharmonisan. Dengan awék palé salén kita dibentuk untuk berelasi menembus batas, menumbangkan sekat pemisah satu dengan yang lain dan menghilangkan relasi yang menyampingkan orang lain. Sebagai pribadi dalam kehidupan bersama ungkapan itu mendorong setiap insan untuk menghargai orang lain, menerima orang lain sebagai bagian dari dirinya. Jelas disini, memaafkan dan dimaafkan adalah hal hakiki dalam membentuk persekutuan yang harmonis. Bukan tidak mungkin, sebagai orang Manggarai sekaligus tinggal Manggarai, maupun bagi mereka yang tinggal di rantaun Manggarai merasa satu sebagi saudara dan sahabat.


Masih segar dalam ingatan kita dengan kalimat ini: emé cama tau, iné cama tau (menjadi bapa dan mama bagi sesama). Ungkapan tersebut adalah turunan dari ungkapan anggom palé salén awék pale len. Pesan ini tentunya untuk meretas rasa persaudaran, kesetiakawanan dan menjunjung tinggi sikap memaafkan.

Lantas muncul pertanyaan, apakah setiap orang layak untuk saling bermusuhan? Mengapa kita tidak mengujinkan sedikit waktu untuk melihat diri kita, melihat orang lain diluar kita sebagai saudara, sahabat dan keluarga?

Apakah kita tidak pernah sadar, bahwa besar kecilnya persoalan sebagai tantangan yang harus diatasi dengan cara damai diselesaikan dengan kepala dingin?

Anggom péle awon awék pále’salen mengajarkan kita untuk bersikap bijak dalam mengatasi dinamika kehidupan yang merusak rasa persaudaraan, mengajarkan kita untuk melebarkan sayap kekeluargaan.
Lebih luas ungkapan ini menjadi daya dorong para pemerintah dalam pemerataan pembangunan dan pelayanan. Anggom palé awong awék palé salén sebagai upaya membina hubungan yang baik dengan semua lapisan masyarakat. Ungkapan ini juga sebagai ajakan yang mestinya selalu bergerak dalam diri para pemeritah dan para pengambil keputusan untuk mewujudkan bonum cumune secara merata. Tanpa ada sekat-sekat pemisah.


Pemimpin masyarakat yang dipilih dengan cara demokrasi oleh rakyat (mulai dari tingkat desa sampai di tingkat pusat) adalah pelindung dan pengayom bagi SELURUH, BUKAN SEBAGIAN MASYARAKAT. Menghindari permusuhan karena perbedaan pilihan politik adalah hal yang sangat tepat, bukan sebagai media perpecahan.

Perbedaan pilihan atau pendapat sebagai hakikat politik, yang hendaknya harus dipahami sebagai kebebasan mutlak setiap individu. Situasi politik, pilihan politik tidak boleh dikaitkan dengan urusan keluarga. tidak boleh mencapur aduk urusan keluarga dan urusan politik. Situasi ini sanggat menggangu iklim kesodaritasn, kerukunan, kedamain antar keluarga yang telah dibangun dan dipupuk bersama. Politik sifatnya momentum sedangkan keluarga sifatnya alamiah dan permanen.


Pemimpin yang bijak adalah mereka mampu mengayom, mempersatukan rakyat, membina kerukunan antar masyarakat, baik sebelum dan setelah pemilihan, sekaligus hebat dalam awék rakyat dalam bentuk pelayanan dan pemerataan pembangunan, tanpa ada label-lebel tertentu. Setiap orang (wilayah atau kampung) berhak untuk memperoleh keadailan dan kesejahteraan. Berhak mendapatkan layananan publik seperti listrik, jalan raya, air minum bersih dan lain-lain. Karena itu hindarkan hal seperti ini “karena si A atau kampung A, banyak yang memilih saya, maka disitu menjadi orientasi atau kosentrasi pembangunan saya. Mereka yang lain nanti dulu”. Ini bukan ciri pemimpin yang misioner dan visioner. Pemimpin yang misoner adalah merangkul semua rakyat yang adalah rekan-rekannya. Merangkul dan mengayomi dalam bentuk pelayanan yang tulus, pembangunan yang merata demi terciptanya persatuan dan kesatuan antar sesama. Terlakasnanya nilai keadilan dan kesejahtraan umum.

BACA JUGA:



Anggom palé awon awék pale salén tidak hanya untuk mereka yang merebut kedudukan, tapi juga bagi pemilih (rakyat). Dinamika politik dalam kehidupan masyarakat begitu transparan dan nyata. Situasi ini harus diakui sebagai kemajuan dan nilai positif dari demokrasi langsung. Menjadi lebih emas, bila setiap pribadi menghargai perbedaan pendapat atau pilihan sebagai keputusan nurani politik, bukan jalan licin untuk saling bermusuhan, perpecahan (béhâs asé kâé) bahkan tindakan kriminal.
Sudakah pemerintah kita, dan kita anggom palé sálén awék palé salén? Dalam bentuk relasi, kata dan tindakan, pelayanan, pembangunan dan kebijakan. Sejaumanakah kita melihat yang lain sebagai saudara dalam kehidupan bersama? (FH)



Catatan ini pernah dipublikasikan di Harian Umum Flores Pos
RELASI SOSIAL: ANGGOM PALÉ AWON-AWÉK PELÉ SALÉN RELASI SOSIAL: ANGGOM PALÉ AWON-AWÉK PELÉ SALÉN Reviewed by www.surya.com on April 09, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

VIEW

Diberdayakan oleh Blogger.