LETANGMEDIA

Prapaskah dan Prapemilihan Menyonsong “Kebebasan dan Keselamatan”

Prapaskah dan Prapemilihan MenyonsongKebebasan dan Keselamatan”




Oleh: Feliks Hatam




LIHAT JUGA: http://suaramerdekaanakdusunntt.WordPress.com




Umat katolik seluruh dunia telah memasuki masa prapaskah. Masa ini dibuka dengan penerimaan abu. Prapaskah adalah kesempatan istimewa bagi jemaat katolik untuk menyonsong keselamatan universal. Kesematan yang membebaskan oleh bebasnya manusia dari dosa, bebasnya manusia dari hubungan yang retak duengan Allah. Keselamatan itu tidak terjadi begitu saja.



Keselamatan itu adalah murni tindakan Allah. Keselamatan yang membebaskan itu tidak terjadi begitu saja dalam kehidupan umat beriman. Rahmat itu akan dialami secara bebas oleh jawaban bebas manusia. Jawaban itu adalah sikap dan tindakan manusia yang sesuai dengan ajaran iman. Oleh karena itu, prapaskah merupakan kesempatan bagi isan beriman mempersiapkan diri menerima (menyongsong) keselamatan. Kesempatan setiap individu merenungkan dan merefleksikan kembali tentang masa lalu dalam seluruh r uang dan waktu yang dilalui. Keputusan terakhir dari proses ini adalah bertobat. Pertobatan tidak hanya terjadi secara individu (personal) tetapi juga secara sosial. Pertobatan personal adalah tindakan batin dan keputusan bebas setiap individu untuk meninggalkan segala keterpurukan masa lalu, dan atau belajar berubah dari kesalahan masa lampau, sementara pertobatan sosial dimaknai sebagai tindakan kemerdekaan setiap diri untuk mewujudkan nilai-nilai pertobatan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab keselamatan Allah tidak haya terjadi secara personal tetapi terselenggara secara koumonio. Tidak bermaksud mengabaikan makna hakiki masa prapaskah, izinkanlah saya mengelaborasi makna prapaskah dengan masa prapemilihan serentak kepala daerah. Uraian ini sebagai reflesksi pribadi yang mungkin berkenan dihati khalayak berikutnya untuk melahirkan keputusan bebas dalam memilih nahkoda propinsi (NTT khususnya) atau nahkoda di daerah yang tampil dan hadir untuk “menyelamatkan” (membebaskan) rakyat dari keterpurukan. Bertindak saat Prapemilihan Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan calon kepala dareah yang akan dipilih secara bebas dan demokratis oleh rakyat pada 27 Juni 2018. Namun perjungan para kotenstan belum berakhir pada pencabutan nomor urut. Mencari dukungan, sosialiasi dan kampaye terus menjadi angenda utama untuk mendapatkan tempat di hati rakyat. Janji politik dan strategi pembangunan sebagai pemikat perhatian publik. Kode etik dan black campaign terus diwaspadai sebagai bentuk sikap kenegarawan dan intergritas diri, baik oleh tim sukses apalagi oleh para calon. Moment kapanye yang rentang waktunya cukup lama antara penetapan dan pemilihan adalah sesuatu yang sangat penting dan berharga bagi rakyat (pemilih). Refleksi pada kenyataan yang telah terjadi selama lima tahun terakhir pasca pemilihan 2014 realitas di sekeliling kita, tapak tilas dan itergritas para calon adalah hal yang menjadi perhatian semua pemilih. Sama pentingnya dengan mengkritisi, dan mengkaji semua visi dan misi serta strategi pembangunan yang mampu membebaskan rakyat dari berbagai persoalan pelik seperti kemiskinan, korupsi, penganguran, kekurangan air bersin, dengan mengankat potensi-potensi wilayah yang merakyat.




Rakyat memiliki pranan untuk memperoleh kebebasan diri, kemerdekaan diri dari berbagai persoalan pelik yang sedang dialami saat ini, lebih khusus persoalan-persoalan yang sedang dialami oleh rakyat NTT (lihat tulisan saya sebelumnya: kupang.tribunnews.com, 2017/12/17/).




Pos kupang Tribunes: http://kupang.tribunnews.com/2017/12/17/realitas-dan-keputusan-pemilih-dalam-pilkada-di-ntt




“Dibebaskan” atau “diselematkan” dari berbagai keterpurukan, keadilan dan kesejahtraan, harapan dan cita-cita pembangunan yang didengunkan oleh rakyat adalah mutlak milik rakyat. Harapan ini akan berjalan ditempat bila saja rakyat tidak menjemputnya. Kesejatraan umum, keadilan sebagai tujuan luhur proses demokrasi akan terus “membeku” bila saja rakyat tidak memanaskannya melalui keterlibatan aktif dalam mengkritisi segala visi dan misi para calon dan aktif menjadi pribadi yang menolak money politic, baik secara pribadi maumpun secara kelompok, agar “terlahirnya” pemimpin yang berkuliatas dalam hal iterigritas, visioner, manajerial, dan hal lainya yang dapat membangkitkan seluruh rakyat (NTT) dari semua keturpurukan. Menilik segala situasi dan fakta disekitar kita mengafirmasi keputusan hati sebagai sumber kebenaran yang keras. Masa Prapaskah mengajar tentang pantang dan rekonsiliasi diri secara total sebagai tindakan menyonsong keselamatan. Dari kekuatan nilai-nilai pertobatan itu mengajarkan kita tentang kebenaran yang keras. Disesuaikan dari gagasan John Avanzini dalam bukunya RICH GOD POOR GOD bahwa kebenaran keras adalah kejujuran terhadap segala keadaan dan situasi yang dialami, baik itu tentang kemiskinan, ketidakadilan, ketidakjujuran, penderitaan. Kenyataan itu sebagai sumber keputusan otonom.




Kejujuran dalam memilih adalah investasi lima tahun mendatang untuk membebaskan diri dari berbagai ketimpangan sosial dan ekologis. Kejujuran keras, beralih dari keterpurukan dan ketidakadilan, melambatnya perkembangan roda ekomi, ketimpangan akan behenti ditempat sejauh rakyat sebagai pemilik demokrasi tidak menjemputnya melalui pemilihan kepala daerah. Memilih kepada daerah dengan keputusan hati yang jujur dan keritis melalui refeksi yang panjang dengan menolak berbagi ketimpangan dan kecurangan adalah semangat dan gerakkan menyosong pemimpin yang memiliki naluri bonum comune.
Prapaskah dan Prapemilihan Menyonsong “Kebebasan dan Keselamatan” Prapaskah dan Prapemilihan Menyonsong “Kebebasan dan Keselamatan” Reviewed by www.surya.com on Maret 01, 2018 Rating: 5

3 komentar:

VIEW

Diberdayakan oleh Blogger.