Antara Teh Manis dan Kopi Pahit
Suatu pagi, segelas teh manis dan kopi pahit tersedia di meja dekat jendala itu. Hangatnya membangkitkan rasa, mamanjakan perasaan bagi yang melihat dan mencium aromanya. Apalagi kami yang sedang duduk di dekat jendala, sedang menyaksikan mentari pagi.
Dekat jendala, menatap mentari, menghadirkan taman dalam imajinasi, sambil saya merasakan teh dan dia merasakan kopi pahitnya. Antara kopi dan teh, kami menyadari, kebersamaan tidak sama dengan menyamakan apa yang menjadi perbedaan. Sebaliknya, perbedaan untuk dihargai, bukan diperdebatkan, apalagi dipermasalahkan.
Entah di bumi pertiwi, perbedaan adalah kekayaan, kekuatan dan sumber persatuan, bukan perseteruan.
Apalagi soal cinta. Mencintai bukan saling memaksa untuk menyamakan perbedaan. Mencintai menghargai perbedaan, membuka diri menghargai perbedaan apalagi kelebihan dari orang yang dicintai.
Yah,, masih dari tempat sama, dari jendala, kami sungguh berbeda. Perbedaan itu dikuatkan oleh cinta.
Dari tempat yang sama, kami tetap sama, mencintai dan saling menghargai.
Baik pada secangkir teh manisku
Maupun pada kopi pahitnya
Kami sama-sama menyeruput sekaligus berharap bahwa Tuhan hadir pada detik itu merestui kami dan memberkati kami di altar suciNya.
Dia pecinta kopi pahit dan saya teh manis, dari nama hingga rasa kedua minuman ini sungguh berbeda, lantas, apakah kami harus berpisah?
Menurut kami tidak,, ahh tidak boleh tepatnya.
Semoga kalian sependapat.
Perbedaan sejatinya bukan untuk memisahkan tapi menyatukan yang berbeda menjadi sebuah rasa yang sama, rasa itu bernama cinta.
Salam, kami yang sedang berjuang.....

Dari Jendela: Antara Teh Manis dan Kopi Pahit
Reviewed by www.surya.com
on
Januari 20, 2019
Rating:

Tidak ada komentar: